Melukat di Bali kini semakin populer, tidak hanya di kalangan wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara. Berbeda dari wisata biasa, melukat menghadirkan pengalaman spiritual yang autentik, di mana pengunjung dapat ikut serta langsung dalam ritual suci yang diwariskan secara turun-temurun, bukan sekadar menjadi penonton.

Menariknya, ritual melukat biasanya dilakukan di lokasi yang indah dan fotogenik. Momen sakral ini kerap diabadikan dalam foto maupun video yang kemudian viral di media sosial seperti Instagram dan TikTok, sehingga semakin banyak orang tertarik mencoba pengalaman spiritual khas Bali ini. Jika kamu tertarik, berikut adalah penjelasan tradisi melukat di Bali dan 7 rekomendasi lokasi terbaiknya!
Apa itu Melukat?

Melukat adalah salah satu ritual pembersihan diri dalam agama Hindu Bali. Secara etimologis, kata melukat berasal dari “sulukat,” yang berarti melakukan perbuatan baik untuk membersihkan diri dari hal-hal negatif. Tujuan dari tradisi ini adalah menyucikan jiwa dan raga manusia dari kotoran maupun pengaruh buruk secara spiritual.
Tradisi melukat di Bali biasanya dilaksanakan di sumber air suci, seperti mata air pura, sungai, atau pantai. Prosesnya dimulai dengan mempersiapkan persembahan (banten) berupa canang sari sebagai ungkapan syukur dan doa. Setelah itu, umat memanjatkan doa dengan tulus kepada dewa yang diyakini bersemayam di tempat tersebut.
Puncak ritual dilakukan dengan mandi atau membasuh tubuh menggunakan air suci yang mengalir dari penglukatan (pancuran). Menariknya, di banyak lokasi setiap pancuran dipercaya memiliki makna dan khasiat berbeda, mulai dari penyucian dosa hingga penyembuhan secara spiritual.
Walaupun tradisi melukat di Bali terbuka bagi siapa saja, penting untuk memahami bahwa tidak semua umat beragama dianjurkan melakukannya. Bagi masyarakat Muslim, melukat adalah ritual yang masuk dalam ranah keagamaan Hindu.
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengikuti prosesi melukat tidak diperbolehkan karena dianggap sebagai bagian dari ritual agama lain dan termasuk perbuatan tasyabbuh (menyerupai ibadah agama lain) yang hukumnya haram.
7 Lokasi Melukat di Bali
1. Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul adalah salah satu tempat melukat di Gianyar yang paling terkenal, berdiri sejak tahun 962 Masehi di Desa Tampaksiring. Pura ini memiliki kolam pemandian suci dengan 13 pancuran air yang dipercaya mampu menyucikan diri, sehingga sering dipilih umat Hindu untuk menjalankan tradisi melukat di Bali, sekaligus menjadi destinasi populer wisatawan.
Untuk menuju pura ini, dari Ubud memakan waktu 30–45 menit, dari Kuta atau Seminyak sekitar 1,5 jam, dan dari Bandara Ngurah Rai sekitar 1,5–2 jam. Tiket masuk dewasa domestik Rp50.000, internasional Rp75.000, anak-anak Rp25.000. Sewa sarung biasanya sudah termasuk tiket atau Rp10.000–15.000.
Prosesi melukat tidak dipungut biaya, namun pengunjung dianjurkan membawa canang sari atau dana punia. Mengunjungi Pura Tirta Empul bisa menjadi salah satu pilihan terbaik untuk aktivitas di Ubud yang sarat makna spiritual.
Lokasi: Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali
2. Pura Kereban Langit

Pura Kereban Langit adalah tempat melukat di Bali yang bagus, berlokasi di Desa Sading, Badung. Pura unik ini berada di dalam gua dengan atap terbuka, menghadirkan suasana magis dan tenang yang cocok untuk meditasi.
Di dalamnya terdapat lima pancuran air suci untuk tradisi melukat, yaitu Pengleburan, Penglukatan, Prayascita, Pawintenan Saraswati, dan Kemakmuran. Untuk menuju ke sini, dari Kuta atau Seminyak sekitar 40–50 menit, sementara dari Ubud sekitar 1–1,15 jam.
Tiket masuk Rp45.000 (KTP Bali), Rp50.000 (non-KTP Bali), dan Rp90.000 untuk wisatawan internasional. Biaya melukat tidak ditentukan, namun biasanya pengunjung memberi dana punia. Loker tersedia dengan harga Rp10.000. Mengunjungi pura ini bisa menjadi pilihan aktivitas di Bali yang penuh makna spiritual.
Lokasi:Jl. Raya Sading, Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
3. Taman Beji Samuan

Taman Beji Samuan di Desa Carangsari, Petang, Badung, adalah destinasi alam sekaligus religi yang populer untuk ritual melukat atau pembersihan diri di Bali. Air suci dari mata air di sini dipercaya mampu membersihkan energi negatif dan membawa ketenangan batin.
Suasananya sejuk dan asri, karena berada di lembah Sungai Yeh Penet yang dikelilingi hutan lindung. Ada tiga titik utama untuk melukat, yakni percabangan sungai, mata air dari bebatuan cadas, dan kolam dengan tujuh pancuran bernama Pancuran Sapta Rsi.
Prosesi biasanya dipandu oleh pemangku adat setempat. Dari Denpasar, perjalanan sekitar 45 menit (28 km), sedangkan dari Sangeh Monkey Forest hanya 2 km. Tidak ada tiket resmi, namun pengunjung biasanya memberikan dana punia sukarela. Biaya parkir Rp2.000 (motor), Rp10.000 (mobil), dan loker sekitar Rp10.000. Tempat ini juga sering masuk dalam rekomendasi Paket Melukat di Bali karena lokasinya yang indah dan penuh makna.
4. Tirta Taman Mumbul Pancoran Solas Sangeh

Tirta Taman Mumbul, dikenal juga sebagai Pancoran Solas Sangeh, merupakan salah satu tempat melukat populer di Badung, tepatnya di Desa Sangeh dekat Sangeh Monkey Forest.
Daya tarik utamanya adalah kolam alami luas dengan pura di tengahnya, serta 11 pancuran suci (solas) yang masing-masing dipercaya memiliki makna spiritual untuk membersihkan berbagai aspek negatif dalam tubuh dan pikiran.
Tempat ini biasanya ramai saat hari raya seperti Purnama, Tilem, atau Banyupinaruh. Disarankan datang pagi hari agar lebih tenang. Dari Ubud, jarak tempuh sekitar 30 menit dengan taksi atau kendaraan sewa.
Biaya masuk sekitar Rp10.000 per orang (meski kadang tidak diterapkan ketat), parkir Rp2.000 (motor)–Rp5.000 (mobil), dan loker Rp10.000. Dengan nuansa alami dan suasana sakral, Pancoran Solas sering direkomendasikan dalam Paket Melukat di Bali bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman spiritual sekaligus relaksasi.
5. Taman Beji Griya Waterfall

Taman Beji Griya Waterfall adalah kompleks spiritual dan wisata alam yang menawarkan pengalaman berbeda. Meski disebut air terjun, daya tarik utamanya justru ritual tradisi melukat di Bali di lembah dengan formasi batu besar, ukiran naga, dan air terjun buatan dari mata air suci.
Prosesi melukat dipandu pemangku adat dengan beberapa titik pembersihan. Dari Ubud hanya 20–30 menit perjalanan, sementara dari Denpasar sekitar 30–45 menit.
Tiket masuk Rp20.000–30.000, sedangkan paket melukat lengkap dengan pemandu, sarung, sesajen, dan loker biasanya Rp100.000–150.000 per orang. Tempat ini cocok dikunjungi sebelum kembali bersantai di villa di Ubud.
6. Pura Mengening

Terletak di Tampaksiring, dekat Pura Tirta Empul, Pura Mengening menjadi salah satu tempat melukat di Bali yang lebih tenang dan otentik. Pura ini memiliki kolam pemandian dengan mata air alami yang dipercaya mampu menyucikan jiwa dan raga.
Suasana hening membuatnya sering dipilih umat Hindu untuk meditasi dan ritual pribadi. Dari Ubud sekitar 30 menit perjalanan, dari Denpasar sekitar 1 jam.
Tidak ada tiket masuk resmi, hanya dana punia sukarela. Untuk melukat tidak dikenakan biaya, namun pengunjung bisa menyewa sarung bila tidak membawa.
7. Pura Campuhan Windhu Segara

Pura Campuhan Windhu Segara adalah salah satu tempat melukat unik di Bali, karena berada di titik pertemuan dua sumber mata air: air tawar dan air laut. Konsep campuhan atau pertemuan dipercaya memiliki energi spiritual yang sangat kuat untuk membersihkan tubuh, pikiran, dan jiwa dari hal-hal negatif.
Berada di kawasan pantai, pura ini menawarkan pengalaman melukat yang berbeda, dengan area pembersihan terbuka langsung ke laut. Dari Denpasar, jaraknya hanya sekitar 15–20 menit, sementara dari Kuta atau Seminyak sekitar 30–45 menit.
Tidak ada tiket masuk resmi, namun pengunjung biasanya membayar biaya parkir dan memberikan dana punia (donasi sukarela) untuk pemeliharaan pura maupun upacara. Jika ingin dipandu pemangku adat, sebaiknya juga memberi donasi tambahan sebagai bentuk penghormatan.
Manfaat Melukat Bagi Umat Hindu

1. Penyucian Jiwa dan Raga
Manfaat utama dari tradisi melukat adalah penyucian diri, baik lahir maupun batin. Ritual ini dipercaya mampu membersihkan tubuh, pikiran, dan jiwa dari energi negatif, emosi buruk, serta beban yang mengotori kehidupan sehari-hari. Dengan perantara air suci (tirta), seseorang diyakini dapat kembali ke kondisi yang murni secara spiritual.
2. Penyucian Jiwa dan Raga
Manfaat utama dari tradisi melukat adalah penyucian diri, baik lahir maupun batin. Ritual ini dipercaya mampu membersihkan tubuh, pikiran, dan jiwa dari energi negatif, emosi buruk, serta beban yang mengotori kehidupan sehari-hari. Dengan perantara air suci (tirta), seseorang diyakini dapat kembali ke kondisi yang murni secara spiritual.
3. Mendekatkan Diri kepada Tuhan
Melukat bukan hanya ritual pembersihan, tetapi juga wujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dengan menjalankannya, umat menunjukkan kerendahan hati serta ketulusan hati dalam memohon restu, perlindungan, dan bimbingan dalam kehidupan.
4. Mencapai Ketenangan Batin
Dilaksanakan di pura atau sumber mata air yang sakral, prosesi melukat menghadirkan suasana khusyuk dan damai. Momen ini menjadi kesempatan untuk introspeksi diri, melepaskan keresahan, serta menemukan ketenangan dan kejernihan pikiran.
Hari Baik untuk Melukat di Bali

1. Hari Purnama (Bulan Purnama)
Hari Purnama terjadi saat bulan berada pada fase penuh, di mana sinarnya menerangi seluruh alam semesta. Dalam tradisi Bali, Purnama melambangkan kesempurnaan dan kekuatan spiritual yang mencapai puncaknya. Melukat pada hari ini dipercaya memberikan pembersihan batin yang paling kuat dan efektif, karena energi alam berada dalam kondisi maksimal.
2. Hari Tilem (Bulan Mati)
Tilem adalah hari ketika bulan sama sekali tidak terlihat. Jika Purnama melambangkan terang, Tilem justru menjadi momen kegelapan yang sarat energi spiritual. Ritual melukat di hari Tilem dimaknai sebagai waktu untuk melepaskan energi negatif, mengusir gangguan gaib, dan membuang hal-hal yang sudah tidak bermanfaat dalam hidup.
3. Hari Kajeng Kliwon
Kajeng Kliwon hadir setiap 15 hari sekali dalam kalender Bali, hasil pertemuan Panca Wara (hari ke-3) dan Sapta Wara (hari ke-5). Hari ini dianggap memiliki kekuatan spiritual yang sangat besar. Melukat pada Kajeng Kliwon dipercaya dapat menyeimbangkan energi baik dan buruk, sekaligus memberikan perlindungan dari pengaruh negatif.
4. Hari Banyupinaruh
Hari Banyupinaruh jatuh pada hari Minggu setelah Hari Raya Saraswati. Nama Banyupinaruh berarti “air pengetahuan,” melambangkan pembersihan diri setelah menerima berkah ilmu pengetahuan. Melukat di hari ini diyakini mampu menyucikan lahir batin sekaligus menyerap energi positif dari alam semesta.
Meskipun hari-hari tertentu dianggap paling baik, yang terpenting dalam tradisi melukat adalah niat tulus dan hati yang bersih. Pada dasarnya, setiap hari adalah hari yang baik untuk melakukan penyucian diri.
Melukat sebagai Sarana Menenangkan Diri di Bali
Melukat di Bali bukan hanya sekadar ritual spiritual, tetapi juga pengalaman mendalam yang menyatukan budaya, alam, dan ketenangan batin. Dengan berbagai pilihan tempat melukat mulai dari pura bersejarah hingga sumber mata air alami, wisatawan dapat merasakan penyucian diri sambil menikmati keindahan alam yang khas. Tak heran, banyak yang menjadikan Bali sebagai destinasi spiritual pilihan, bahkan menyaingi popularitas destinasi serupa di Thailand.
Untuk pengalaman yang lebih lengkap, Ini Vie Hospitality, salah satu penyedia layanan perhotelan terkemuka di Bali, hadir dengan panduan liburan terbaik. Panduan Ini Vie Hospitality akan membantu kamu menemukan informasi, inspirasi, hingga rekomendasi aktivitas agar perjalanan kamu di Bali semakin bermakna.